Wednesday, 22 September 2010

Di Manakah Syurga dan di Mana Neraka?

Bagian terakhir dari kehidupan akhirat adalah syurga dan neraka. Syurga adalah tempat yang digambarkan tersangat indah dan penuh dengan segala keperluan, yang disediakan bagi orang-orang yang banyak berbuat kebajikan. Sedangkan neraka adalah tempat yang digambarkan sangat mengerikan untuk orang-orang yang banyak berbuat dosa dan kejahatan.

Di manakah kedua-dua tempat itu berada? Sampai sejauh ini, kebanyakan kita tidak memperoleh kesimpulan yang cukup memadai untuk menggambarkan syurga. Padahal sebenarnya Al-Qur'an memberikan keterangan yang cukup banyak tentang kedua-duanya. Jika kita mencermatinya, Insya Allah kita bisa memperoleh gambaran yang cukup baik.


Yang pertama, syurga itu ternyata luasnya seluas langit dan bumi. Hal ini disebutkan Allah di dalam firmanNya;

“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Allah dan syurga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan kepada orang-orang yang bertakwa.”  -  Ali Imran 3: 133

Berapakah luasnya langit dan bumi? Bagi menjawab pertanyaan ini, harus terlebih dahulu pertanyaan: langit yang mana, dan bumi yang mana? Apakah ada beberapa langit dan ternyata bahawa langit kita ada 7 buah, dan dengan demikian apakah ada maklumatnya di dalam Al-Qur'an? Ia ada dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya;

"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan seperti itu pula bumi.  - Ath-Talaaq 65: 12

Bagaimanakah kita mahu menjelaskan bahawa langit dan bumi itu ada tujuh? Hal ini memang tersangat abstrak, tetapi sebenarnya bisa dijelaskan dengan teori dimensi.

Akan tetapi secara ringkas dan global kita cuba uraikan. Berulangkali, Allah memang mengatakan bahwa Dia menciptakan langit alam semesta ini sebenarnya bukan hanya satu, melainkan tujuh. Langit yang pertama dihuni oleh manusia, haiwan dan tumbuhan serta benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi, supercluster dan sebagainya. Langit yang disebut sebagai langit dunia ini berdimensi 3.

Langit kedua dihuni oleh bangsa jin. Mereka memiliki dimensi 4. Alamnya sebenar berdampingan dengan kita, akan tetapi tidak bersentuhan kerana memang dimensinya berbeza. Perbandingannya bagaikan 'Dunia Bayangan' yang 2 dimensi dan hidup di permukaan tembok, dengan 'Dunia Manusia' yang berdimensi 3, hidup di dalam ruangan. Kedua dunia itu hidup berdampingan tetapi tidak bercampur-aduk.

Langit ketiga sampai keenam, berturut-turut adalah berdimensi 5, 6, 7 dan 8. Semua langit itu digunakan dalam masa penantian' oleh jiwa-jiwa manusia yang telah mati, selama di Alam Barzakh. Rasulullah, diceritakan pernah bertemu jiwa para Nabi ketika menjalani Mi'raj ke langit yang ketujuh.

Langit yang ke tujuh adalah langit tertinggi, yang berdimensi 9. Di langit inilah terdapat syurga dan neraka. Ketika berada di Sidratul Muntaha, di langit ketujuh Rasulullah pernah melihat syurga. Hal ini diceritakan di ayat berikut ini.

“Di Sidratul Muntaha.”
“Di dekatnya ada syurga tempat tinggal” -  An-Najm 53: 14 - 15

Langit ketujuh adalah langit yang 'terbesar' dan 'tertinggi' di antara ke tujuh langit itu. Sebab, menurut teori dimensi, langit yang lebih rendah dimensinya, termuat oleh langit yang lebih tinggi dimensinya. Bererti langit
ketujuh memuat langit keenam, memuat langit kelima, keempat ketiga, kedua dan yang pertama.

Bayangkan, ibarat sebuah kubus (dimensi 3) yang tersusun daripada lembaran-lembaran luasan (dimensi 2), dan tersusun oleh garis-garis (berdimensi 1), serta memuat titik-titik dalam jumlah tidak terhingga sebagai komponen penyusunnya.

Pendek kata, langit ketujuh memuat seluruh eksistensi yang ada di langit pertama sampai ketujuh. Maka, ketika syurga itu berada di langit ketujuh, sebenarnya syurga itu memang memiliki luas yang seluas luasnya: terbentang antara langit dan bumi. Bukan hanya langit dunia, melainkan langit akhirat, iaitu di langit yang ketujuh. Akan tetapi, semua itu bisa diperhatikan dari bumi yang kita diami ini. Kenapa demikian?

Bumi yang kita diami ini berada di dalam pertama, iaitu di langit dunia. Akan tetapi, disebabkan langit pertama menjadi komponen penyusun langit kedua, maka bumi ini juga berada di langit kedua. Jika sebuah garis tersusun dari titik-titik, dan sebuah luasan tersusun dari garis garis yang dijejer, maka titik-titik itu pun akan menjadi penyusun luasan.

Demikian pula, bumi sebagai komponen penyusun langit pertama, juga tetap eksis di langit kedua, di langit ketiga sampai langit yang ketujuh. Oleh sebab sudut pandang setiap langit adalah berbeza-beza, maka bumi yang sama dilihat dari langit pertama akan berbeza dibandingkan dengan dilihat dari langit kedua. Demikian pula akan berbeza jika dilihat dari langit ketiga sampai langit ketujuh.

Sehingga, kita bisa memahami apa yang dikatakan di ayat QS. 65 : 12 di atas, bahawa sebagaimana langit, bumi temyata juga ada 7 buah. Sebenarnya, bukan ada 7 buah bumi, melainkan bumi yang satu tersebut memiliki 7 wajah sesuai dengan sudut pandang langitnya.

Dari bumi yang satu itu juga kita sebenarnya bisa memerhatikan langit yang ketujuh. Untuk bisa merasakan syurga dan neraka, kita tidak perlu beranjak ke mana-mana. Cukup dari bumi saja!

Oleh kerana itu Allah mengatakan bahawa akhirat itu sebenarnya terjadi di bumi, seperti dikatakan Allah di QS. 7:25. Di bumi itulah kita hidup, di bumi itulah kita akan mati, dan di bumi itu pula kita dibangkitkan.

Jadi, pada kenyataannya, kita ini sudah berada di dalam akhirat (langit ketujuh) sejak hidup di dunia. Hanya disebabkan keterbatasan fizik dan indera kita saja, maka kita tidak menyedari bahawa kita telah berada di dalam alam akhirat sejak awal.

Alam akhirat bukanlah alam yang sekarang tidak ada, lantas nanti diadakan setelah terjadinya kiamat. Bukan begitu. Alam akhirat ini sekarang sudah pun sedia ada.

Bahkan, sejak alam semesta diciptakan, Allah sudah menciptakan akhirat, syurga dan neraka di langit yang ketujuh. Tetapi kita belum bisa merasakannya, kerana badan kita 'terikat' di dimensi 3. Sementara itu, akhirat berada di dimensi 9.

Buktinya, Rasulullah sudah pernah melihat syurga itu di langit ketujuh, saat Mi'raj. Dan ketika itu, sebenarnya Rasulullah tidak beranjak dari bumi. Beliau hanya mengalami perjalanan dimensional, dari dimensi 3 di langit pertama menuju dimensi 9 di langit ketujuh. Tetapi beliau masih tetap berada di bumi! Oleh sebab itu, syurga ini bisa ditampakkan atau tidak ditampakkan oleh Allah kepada kita, kerana ia memang sudah ada.

Persoalannya, ia tersembunyi dari pandangan kita disebabkan terbatasnya dimensi manusia. Jika batas-batas
dimensi itu disingkapkan oleh Allah, kita akan bisa 'melihatnya' atau bahkan merasakannya.

Nah, hal itu bakal terjadi kepada kita setelah terjadinya kiamat bumi. Alam semesta bergerak menciut kembali, sehingga hukum alamnya akan berbalik 180 derajat. Indera kita, termasuk 'mata hati', bakal bisa memerhati dan merasakan seluruh langit yang tujuh itu dari bumi. Kita lantas bisa 'melihat' syurga dan neraka, termasuk para malaikat yang hidup di langit ketujuh.

Dialah Allah yang menciptakan cinta, maka cintailah Allah di atas segalanya kerana Dia telah memberikan kita hati untuk mencinta dan cintailah apa yang Allah cinta terhadapnya.

No comments:

Post a Comment