Saturday, 8 June 2013

Sejarah Jahat: Fahaman Wahhabi!

SEJARAH AWAL FAHAMAN WAHHABI

Tentang sejarah terdirinya Wahabi maka kami berusaha menulis dengan asal-usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, di antaranya,Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I'tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pengasasnya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asalnya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan di antara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam.

Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia mula terpengaruh oleh seorang orientalis Inggeris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggeris di Timur Tengah. Sejak itu dia menjadi alat bagi pihak Inggeris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggeris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah-tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha'i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.

Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup dalam lingkungan sunni pengikut mazhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak mula lagi ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia yang akan sesat dan menyebarkan kesesatan tersebut. Bahkan mereka mengingatkan orang ramai untuk berhati-hati terhadapnya.

Ternyata tidak lama firasat itu nyata benar. Setelah ia terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus kepadanya. Bahkan abang kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama' besar dari mazhab Hanbali, menulis buku bantahan terhadapnya dengan judul As-Sawa'iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah.

Tidak ketinggalan pula salah seorang gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi'i, menulis surat berisi nasihat: "Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu kerana Allah, tahanlah lisanmu daripada mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahawa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahawa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun mudharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A'dham (kelompok majoriti) diantara kaum muslimin, kerana engkau menjauh dari kelompok terbesar; di mana orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.

Sebagaimana diketahui bahawa mazhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman: "Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelumang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali
(QS: An-Nisa 115)


Salah satu daripada ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil benar yang disampaikan ahlussunnah wal jama'ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih daripada itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.


Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan? Dengan segera dia menjawab, "Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan" Lelaki itu bertanya lagi "Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu persen pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah itu? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membataskan hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Namun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menghiraukan nasihat ayahnya dan guru-gurunya itu.

Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya kurang banyak yang terpengaruh. Termasuk di antara pengikutnya adalah penguasa Dar'iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pengasas dinasti Saudi, yang kemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang maka dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahawa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang 'musyrik' dijamin syurga.

Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini jelas sekali ketika dia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Ansar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dipanggil Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahawa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahawa para ulama' besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun akan dibunuh.

Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian akidah. Dia  membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, hinggakan seorang pengikutnya berkata: Tongkatku ini lebih baik daripada Muhammad, kerana tongkatku masih bisa digunakan untuk membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. 


Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi yang berada di hadapan umatnya!

Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaannya semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk membenteras tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan maulid dan sebagainya. Jadi adalah tidak menghairankan apabila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Iraq, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Ia dikira konon makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah swt. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad saw.

Keberhasilan menaklukki Madinah terus berlanjutan. Mereka masuk ke Mekah pada 1806, dan merosakkan kiswah, kain penutup Ka'bah yang terbuat dari sutera. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma'la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi saw., tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan mesjid-mesjid dan tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka mencaci-maki ahli kubur bahkan sebahagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.

Gerakan kaum Wahabi ini membuatkan Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimkan perajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi mulai kendur, tetapi pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa'ud bangkit kembali mengusung fahaman Wahabi ini. Tahun 1924, dia berhasil menduduki Mekah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahan empayar tersebut dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini paham Wahabi terus mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi.

Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi mereka ke serata dunia. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang malah penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrim itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi'i yang sudah bertapak lama.

Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam para sahabat Nabi saw yang berada di Ma'la (Mekah), di Baqi' dan Uhud (Madinah). Kesemuanya diruntuh diratakan dengan mengunakan dinamit. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi saw
dilahirkan, iaitu di Suq al Leil diratakan dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir unta, namun kerana hebat bantahan dan desakan kaum Muslimin Antarabangsa maka dibangunkan perpustakaan di situ.

Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad saw. dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi dek kerana ancaman di peringkat antarabangsa maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan memendamkan niat mereka. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan diubah suai  termasuk maqom Ibrahim yang akan digeser, tetapi oleh kerana banyak yang menentangnya maka hasrat itu diurungkan.

Pengembangan kota suci Mekah dan Madinah di akhir-akhir ini langsung tidak mempedulikan kesan-kesan sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah saw dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khuaatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi saw sendiri terancam akan dibongkar untuk pengluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dahulu dimusnahkan. Padahal, di situlah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putera-puterinya dilahirkan serta Saidatina Khadijah meninggal.

Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme punya peranan dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang kesan-kesan sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Julai yang lalu, Sami Angawi, pakar arkitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahawa beberapa banyak bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun itu akan dibina jalan menuju ke menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.

"Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Mekah. Bahagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangunkan tempat parkir," katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Mekah dan Madinah telah dimusnahkan dalam 50 tahun terakhir ini. Bahkan sebahagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi didirikan pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan oleh Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, "Pengekalan bangunan-bangunan bersejarah berpotensi akan menggiring umat Muslim kepada penyembahan berhala."

Nasib kesan sejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak dari zaman Ar-Rasul saw. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh pemodenan ala Wahabi. Malah mereka membawa masuk para arkeologi (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan belanja ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih objek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahawa zaman pra-Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.

Gerakan wahabi digerakkan oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim. Mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh biaya kewangan yang cukup besar. Mereka menuduh golongan Islam yang tidak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid'ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan. Mereka tidak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam terhadap para Wali Songo yang menyebar dan meng-Islamkan penduduk di rantau ini.

Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih bercampuran kemusyrikan Hindu dan Buddha; padahal para wali itu telah meng-Islam-kan 90 % daripada penduduk Indonesia sahaja. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% bakinya itu? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir sahaja tidak mungkin mampu, apalagi mau menambah 10 % bakinya itu. Justru mereka dengan mudah mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah swt. Jika bukan kerana Rahmat Allah swt yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).

Oleh sebab itu janganlah dipercayai kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya. Itu semua omongan kosong belaka. Mereka telah menoreh catatan hitam dalam sejarah dengan membunuh ribuan orang di Mekah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi).
 

Adalah bukan rahsia lagi bahawa yang terbunuh waktu itu terdiri daripada para ulama yang soleh dan alim, bahkan anak-anak serta keturunan mereka pun dibunuh di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid'ah, padahal bukankah nama Saudi itu sendiri adalah suatu nama bid'ah? Ia disebabkan nama negeri Rasulullah saw telah digantikan dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung fahaman wahhabi, iaitu As-Sa'ud.

Sungguh Nabi saw telah memberitakan akan datangnya fahaman Wahhabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian Baginda saw dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Di antaranya: "Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana," sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)

"Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur'an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ke tempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (gondol)." (HR Bukhori no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban

Nabi saw. pernah berdo'a: "Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman," Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo'a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau saw. bersabda: "Di sana (Najed) akan ada kegoncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.", Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.

Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahawa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gondol). Dan ini adalah merupakan nas yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, kerana dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepala hinggakan sesiapa yang hadir tidak diperbolehkan keluar dari majlisnya sebelum bercukur gondol. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat yang lain sebelumnya.

Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: "Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, kerana sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah saw itu sendiri yang telah menegaskan bahawa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gondol), kerana ahli bid'ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian". Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala'udz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi saw: "Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin". AI-Hadits.


** BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahawa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi saw yang mengisyaratkan bahawa akan ada kegoncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan. Sebahagian ulama mengatakan bahawa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.
 

Pengasas ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama' mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: "Ba daa halaakul khobiits" (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji)

Sumber: FB

No comments:

Post a Comment